wCSUfbj0jCfxbkpQufYnAiiwrifpe8kDKSjPJHFZ

Subscribe:

Ads 468x60px

Selasa, 15 Mei 2012

PENGARUH KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA




PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha untuk memperbaiki anak didik untuk melakukan suatu perubahan ke arah yang lebih baik untuk membangun kemandirian bagi kehidupannya. Perubahan tersebut adalah pembentukna jati diri dalam kehidupan anak, melalui bimbingan dan pengarahan yang sifatnya kontinyu agar terbentuk akhlak yang baik dalam setiap perilakunya, baik pendidikan agama dari orang tua dalam lingkungan keluarga maupun didikan guru dalam lingkungan sekolah serta masyarakat dimana ia hidup.[1][1]
Akhlak dalam Islam ialah tingkah laku yang lahir dari seseorang yang harus disesuaikan dengan petunjuk Al-Quran dan Hadist, baik dalam hubungan vertikal antara manusia dengan Khalik, maupun hubungan horizontal antara manusia dengan manusia serta manusia dengan lingkungannya. Disini Al-Quran dan Hadist harus dijadikan landasan dan sumber petunjuk dari ajaran Islam secara keseluruhan dalam membangun pola hidup dan dalam menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk.
Dalam mendidik anak, diantara faktor yang menentukan adalah kondisi lingkungan dimana mereka hidup, baik lingkungan dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat. Lingkungan yang  baik akan membetuk perilaku yang baik pada diri anak, begitu juga sebaliknya. Kondisi seperti ini, sedikit banyaknya dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak, sehingga berdampak pada kepribadian utama dalam dirinya.
Akhlak merupakan kerangka dasar dan landasan tentang apa yang seharusnya dilakukan dan ditinggalkan. Dalam hal ini, guru sebagai penanggung jawab kedua setelah ayah dan ibu berkewajiban untuk membimbing siswanya ke arah kebaikan. Sehingga mereka dapat membedakan mana perbuatan-perbuatan baik yang menguntungkan dirinya dan perbuatan buruk yang dapat merugikan dirinya, serta menanamkan nilai-nilai agama dalam dirinya mengenai dampak dari lingkungan tersebut.
Zakiyah Daradjat mengatakan, “Pendidikan Islam adalah mendidik budi pekerti (akhlak) dan jiwa, setiap guru harus memikirkan akhlak keagamaan sebelum lainnya, karena akhlak keagamaan adalah akhlak yang tinggi, ia merupakan tiang dalam pendidikan Islam”.[2][2] Akhlak keagamaan disini adalah nilai-nilai aqidah yang terkandung pada diri seorang guru sehingga melahirkan perbuatan-perbuatan yang baik dalamsikap dan tindakannya di sekolah, maka pembinaan akhlak yang diberikan oleh guru akan meresap dan berkembang dalam jiwa anak didik.
Sekolah mempunyai peranan yang besar dalam pembinaan akhlak didik, karena disinilah anak didik senantiasa mendapat pembinaan dan bimbingan baik secara langsung maupun  tidak langsung dari guru, yaitu dengna memberikan contoh-contoh akhlak yang mulia untuk diteladaninya, sehingga ia dapat merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Ini merupakan tugas yang berat bagi seorang guru, dimana ia harus cakap dan ahli dalam mendidik dan memiliki kepribadian yang mulia sehingga bisa menjadi contoh yang baik terhadap anak didiknya.
Kita sering menemukan di sekolah anak-anak yang suka berkelahi, merokok, menjahili kawannya, tidak hadir ke sekolah, serta tindakan-tindakan negatif lainnya. Hal ini merupakan kerja keras yang harus difikirkan bagi seorang guru dalam melakukan pembinaan moral terhadap anak-anak tersebut. Untuk itu setiap guru harus memiliki strategi-strategi yang tepat dalam mengajak dan memberikan pemahaman kepada anak didiknya untuk mau berbuat baik di setiap aktivitas yang dikerjakannya.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang : Pengaruh Kompetensi Guru Pendidikan Agama Terhadap Prestasi Belajar Akhlak  Siswa SDN Mabar Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas penulis dapat merumuskan permasalahan tentang :
1.      Bagaimana kompetensi guru pendidikan agama terhadap akhlak siswa SDN Mabar Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang?
2.      Sejauh mana kemampuan guru pendidikan agama dalammembina akhlakul karimah siswa SDN Mabar Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang?
3.      Metode apa saja yang diterapkan oleh guru pendidikan agama dalam meningkatkan prestasi akhlak siswanya pada siswa SDN Mabar Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang?
4.      Hambatan apa saja yang dihadapi oleh guru pendidikan Agama dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di SDN Mabar Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang?

C.     Penjelasan Istilah
Untuk memudahkan pemahaman pembaca dalam memahami proposal judul skripsi ini, ada baiknya terlebih dahulu penulis jelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam proposal judul skripsi ini, yaitu:
1.      Pengaruh
Kata menurut Kamus Bahasa Indonesia memiliki arti benturan, dampak kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif)[3][3]. Sedangkan kata Pengaruh dalam penelitian ini adalah dampak yang negatif atau positif yang dilakukan oleh guru bagi perkembangan  prestasi belajar anak didiknya.
2.      Kompetensi
Kompetensi dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah kewenangan untuk menentukan atau bertindak.[4][4] Adapun kompetensi yang penulis maksudkan adalah kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam mengangkat prestasi siswanya.

3.      Guru Pendidikan Agama
Guru adalah orang yang bisa memberikan pengetahuan kepada murid.[5][5] Jadi guru adalah figur manusiawi atau sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan.
Pendidikan agama berasal dari tiga kata yaitu pendidikan, agama dan Islam. Pendidikan adalah perbuatan (cara) mendidik untuk membawa manusia ke arah dewasa yang dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk/benar salah.[6][6] Agama adalah suatu kepercayaan yang dianut oleh ummat manusia untuk menemukan hakikat hidup dan hubungannya dengan Tuhannya.[7][7] Sedangkan Islam adalah agama samawi yang diturunkan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantara Malaikat Jibril As dab dianut oleh ummat Islam.[8][8]
Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut penulis adalah bimbingan jasmani dan rohani menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ajaran-ajaran Islam.
4.      Prestasi Belajar Akhlak Siswa
Kata Prestasi memiliki arti hasil yang telah di capai.[9][9] Kata Belajar sama artinya berusaha supaya mendapatkan sesuatu kepandaian.[10][10] Sedangkan kata akhlak adalah budi pekerti, watak kesusilaan.[11][11] Akhlak yang dimaksud disini adalah semua gerak gerik manusia, baik yang berhubungan dengan Khalik maupun dengan makhluk.
Kata Siswa mengandung arti murid atau pelajar.[12][12] Jadi makna Prestasi Belajar Akhlak Siswa dalam penelitian ini adalah optimalisasi kemampuan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh siswa melalui proses belajar dan memiliki nilai-nilai perilaku yang baik.

D.    Tujuan Pembahasan
Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis pembahasan ini bertujuan sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui bagaimana kompetensi guru pendidikan agama terhadap akhlak siswa SDN Mabar Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang.
2.      Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan guru pendidikan agama dalam membina akhlakul karimah siswa SDN Mabar Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang.
3.      Untuk mengetahui metode apa saja yang diterapkan oleh guru pendidikan  agama dalam meningkatkan prestasi akhlak siswanya pada SDN Mabar Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang.
4.      Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi oleh guru pendidikan agama dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di SDN Mabar Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang dan upaya penyelesaiaannya.

E.     Postulat dan Hipotesis
1.      Postulat
Anggapan dasar (postulat) dalam suatu penelitian adalah suatu hal yang sangat penting karena menjadi arah pelaksanaan penelitian seperti yang ditegaskan oleh Winarto Surakhman, “Anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyidik”.[13][13]
Adapun yang menjadi postulat dalam pembahasan proposal judul skripsi ini adalah :
a.       Siswa-siswi yang ditangani oleh guru yang memiliki kemampuan mengajar yang baik dapat memudahkan bagi para siswanya dalam menguasai setiap materi yang diajarkan.
b.      Penerapan metode pembelajaran yang tepat dapat memudahkan bagi guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswanya.
c.       Guru tidak akan mendapatkan hambatan dalam mengajar apabila setiap guru mampu memahami kemampuan dari masing-masing siswanya dengan baik.

2.      Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.[14][14] Adapun yang menjadi hipotesis dalam pembahasan ini adalah :
a.       Kurangnya kemampuan Guru Pendidikan Agama di SDN Mabar Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang mengakibatkan minimnya prestasi akhlak yang dimiliki oleh anak didiknya.
b.      Pengajaran Pendidikan agama terhadap anak didik yang dilakukan oleh guru di SDN Mabar Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang selama ini belum mampu membentuk perilaku yang baik pada diri mereka.

F.      Kerangka Teoritis
1.      Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristiwa, sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.[15][15]
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah dewan guru dan siswa SDN Mabar Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang yang berjumlah 252 siswa.

2.      Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.[16][16] Dalam penelitian ini penulis menggunakan Random Sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak, peneliti mencampur subjek-subjek didalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama. Dengan demikian peneliti memberikan hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel.
Suharsimi Arikunto mengatakan “Apabila dalam suatu penelitian subjeknya kuran dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih besasr, dapat diambil 10% - 15% dan 20% - 25% atau lebih[17][17]. Mengingat jumlah siswa SDN Mabar Kecamatan Seruway Aceh Tamiang sebanyak 252 siswa, maka penulis menetapkan lebih kurang 20% dari total populasi yang menjadi sampel dari penelitian ini, yaitu 50 siswa.

G.     Metode Penelitian
Dalam penelitian proposal judul skripsi ini penulis menggunakan metode analisis deskriptif yaitu suatu penelitian dengan mengumpulkan dara dilapangan dan menganalisa serta menarik kesimpulan dari data tersebut[18][18]. Dalam teknik pengumpulan data, penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1.      Library Research
Library Research yaitu pengumpulan informasi teoritis keilmuan dengna membaca sejumlah buku-buku, majalah, naskah dan lain-lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
2.      Field Research
Field research merupakan suatu penelitian lapangan yang dilakukan terhadap objek pembahasan yang menitikberatkan pada kegitan lapangan. Melalui penelitian ini diharapkan akan memperoleh data yang sebenarnya.
Untuk memperoleh informasi dan data di lapangan penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a.      Interview, yaitu komunikasi langsung, dimana penulis langsung terjun menjumpai  dan mengadakan serangkaian wawancara dengan responden yang telah ditetapkan yaitu dewan guru dan siswa.
b.      Angket, yaitu menyebarkan sejumlah pertanyaan berikut alternatif jawabannya yang di isi oleh responden, yaitu para siswa yang telah  ditunjuk, sehingga dengan angket ini akan diketahui tentang pengalaman, pengetahuan dan sikap atau pendapat responden mengenai penelitian ini.
c.       Observasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data dimana penulis langsung mengadakan pengamatan ke lokasi penelitian untuk melihat fenomena yang berhubungan dengan proposal judl skripsi ini. Hasil observasi akan memperkuat data yang diperoleh melalui  wawancara dan angket.
d.      Analisa dokumen, teknik analisa dokumen ini penulis gunakan untuk dapat memudahkan pembuktian kebenaran dari wawancara dan alternatif jawaban angket yang diedarkan, adapun sumber dokumen tersebut diperoleh dari arsip  di Kantor Tata Usaha SDN Mabar Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang dan penulis akan menganalisa hal-hal yang berhubungan dengan penelitian diatas.

DAFTAR PUSTAKA


Arfin, M.,  Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2000
Arikunto,. Suharsimi, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 1993
Arikunto, Suharsimi., Prosedur Penelitian, Edisi Revisi V, Jakarta: Rineka Cipta, 2002
Daradjat, Zakiyah., Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, Cet. VI, Jakarta: Bulan Bintang, 1975
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990
Elhan, Ar., dan Hazin, Khalif, Nur., Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Karya Ilmu, t.t
Muda, AK, Ahmad., Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta: Reality Publisher, 2006
Pradja, M. Sastra., Kamus Istilah Pendidikan dan Umum, Surabaya: Karya Ilmu, t.t.
Santoso, Nanda., dan Ahmad, Hamzah., Kamus Pintar Bahasa Indonesia, Edisi Baru dan Lengkap, Surabaya: Fajar Mulya, 1996
Warsito, Hermawan., Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992



[1][1] M. Arfin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), hal. 12
[2][2] Zakiyah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, Cet. VI, Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hal. 37
[3][3] Hamzah Ahmad dan Nanda Santoso, Kamus Pintar Bahasa Indonesia, Edisi Baru dan Lengkap, (Surabaya: Fajar Mulya, 1996), hal. 756
[4][4] Ahmad AK Muda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta: Reality Publisher, 2006), hal. 321
[5][5] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hal. 336
[6][6] M. Sastra Pradja, Kamus Istilah Pendidikan dan Umum..., hal. 368
[7][7] Nur Khalif Hazin dan Ar. Elhan, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Karya Ilmu, t.t), hal. 21
[8][8] Ibid, hal. 21
[9][9] Hamzah Ahmad dan Nanda Santoso, Kamus Pintar Bahasa Indonesia…,hal. 295
[10][10] Ibidd, hal. 16
[11][11] M. Sastra Pradja,…. Hal. 201
[12][12] Ibid, hal. 348
[13][13] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Edisi Revisi V, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal.58
[14][14] Ibid., hal. 61
[15][15] Hermawan Warsito, Pengantar Metodologi Penelitian, ( Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), hal. 49
[16][16] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…, hal. 111.
[17][17] Ibid., hal. 120
[18][18] Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993, hal. 106




JIKA SOBAT KESULITAN DALAM MENDAPATKAN FILE INI , SOBAT BS KLIK DI BAWAH INI






PERANAN GURU PAI DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN AGAMA




BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilaksanakan secara sadar oleh setiap bangsa dalam mencapai cita-cita dalam pandangan hidup dan bangsa. Pendidikan senantiasa berbeda dari suatu sekolah ke sekolah lainnya, tetapi tujuan yang ditempuh ialah mewujudkan pandangan hidup yang dianut oleh bangsa itu sendiri.
Pelaksanaan pendidikan Agama Islam pada sekolah dan Madrasah yang tercapai tujuan, dapat menimbulkan berbagai macam masalah, antara lain lahirnya anak-anak didik yang tidak  beretika mulia terhadap lingkungan kehidupan.
Hasil pendidikan Agama Islam yang bermutu akam membuat siswa berakhlak baik dan membekali ilmu agama yang lengkap dan sempurna dalam masalah pokok Aqidah Islam dan Muamalah.
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam yang diberikan di SMA harus sesuai dengan program pelajaran yang ditetapkan oleh lembaga pendidikan tersebut. Karena garis besar program pembelajaran merupakan sumber bagi tenaga pendidik dalam memberi materi pelajaran.
Peran guru Pendidikan Agama Islam di SMA merupakan pondasi yang dapat melahirkan manusia indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa.
Hasil pendidikan yang bermutu adalah siswa sehat, mandiri, berbudaya, berakhlak mulia, berpengetahuan dan menguasai teknologi serta cinta tanah air. Hakikat belajar adalah aktivitas perubahan tingkah laku pembelajaran. “Perubahan tingkah laku tercapai melalui kerja keras dan usaha cerdas dari siapapun mereka yang terlibat dalam proses pembelajaran itu sendiri.[1][1]
Dalam memberikan prioritas pendidikan agama Islam kepada siswa memperhatikan pada faktor-faktor keberhasilan dalam penyampaian materi pelajaran, untuk dapat membekali ilmu agama yang  lengkap dan sempurna dalam materi pokok aqidah, ibadah dan muamalah.
Lembaga pendidikan di sekolah menengah atas khususnya pada SMA 1 CND Langsa  merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai pelajaran Pendidikan Agama Islam disamping pelajaran-pelajaran lainnya. Sekolah ini memiliki bimbingan khusus dalam mengatasi kenakalan siswa dan mendidik siswa untuk lebih kreatif. Siswa yang kreatif dan berpendidikan harus berlandaskan pada agama sehingga tidak ada prilaku, moral dan norma-norma yang menyimpang sesuai dengan tuntutan agama, bangsa dan negara.
Pendidikan adalah suatu proses pewarisan kebudayaan oleh satu  generasi ke generasi berikutnya yang dilakukan suatu bangsa sepanjang masa. Melalui warisan kebudayaan, suatu bangsa akan mengalami bermacam-macam perubahan baik dari segi ilmu pengetahuan, sikap maupun ketrampilan yang dapat ditandai pada pola ke pribadian sesuai dengan tuntutan nilai-nilai yang terkandung di dalam pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
Pendidikan dapat menimbulkan pengaruh serta perubahan pada diri pribadi masyarakat ataupun lingkungan. Suatu perubahan bukanlah terjadi hanya secara kebetulan melainkan akibat dari adanya suatu sebab musabab yang bermacam-macam untuk suatu perubahan mencapau tingkat kemajuan.
Untuk meningkatkan perubahan  dalam bidang Pendidikan Agama Islam adalah perlu adanya tenaga ahli yaitu guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk mengajar dan pemahaman nilai-nilai agama kepada anak didiknya melalui proses belajar dan mengajar yang dilaksanakan di sekolah terutama di mulai dimulai sejak masih kecil.
Melalui Pendidikan Agama Islam dapat dilakukan oleh guru-guru terutama adalah guru Pendidikan Agama Islam. Untuk berhasilnya  peningkatan Pendidikan Agama di sekolah secara baik perlu adanya peranan guru Pendidikan Agama Islam dalam berbagai program pendidikan agam yang dilaksanakan disekolah.
Untuk lancarnya guru Pendidikan Agama menjalankan perannya di sekolah perlu adanya berbagai macam factor pendukung pelaksanaan program Pendidikan sekolah termasuk diantaranya dana, saran. Fasilitas serta tersedianya waktu yang efektif bagi guru Pendidikan Agama Islam dalam menjalankan berbagai macam program kegiatan  yang diperlukan untuk meningkatkan Pendidikan Agama di SMA Swasta CND Langsa.
Dalam melaksanakan tugas di sekolah bahwa tidak selamanya guru Pendidikan Agama Islam dapat menjalankan perannya secara baik dan lancar hal ini mungkin disebabkan oleh adanya berbagai macam factor penghambat dalam menjalankan program kegiatan Pendidikan Agama Islam di SMA Swasta CND Langsa.
Faktor yang berada di luar diri individu/siswa yang merupakan segala sesuatu, baik kondisi maupun lingkungan sangat memberi pengaruh terhadap kesuksesan siswa dalam belajar. Adapun faktor tersebut antara lain : faktor non-sosial atau lingkungan alamiah dan juga faktor sosial yang terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat.
a.       Fakltor lingkungan sekolah
-         Lingkungan pendidikan meliputi lingkungan sosial yang lebih luas dari lingkungan sosial dirumah atau di tempat tinggal. Siswa yang berasal dari berbagai lingkungan sosial berbeda atau dari tempat yang jauh berbeda sesamamanya.
-         Dalam lingkungan ini kelompok pemuda yang berstatus siswa tersebut mengadakan interaksi sesamanya dan dengan para gurunya. Dari status tersebut bila mereka mempunyai kelebihan dari sekelompok pemuda yang lain.
b.      Faktor lingkungan masyarakat
-         Faktor ini sangat mempengaruhi siswa dalam belajar di sekolah. lingkungan masyarakat merupakan salah satu lingkungan sosial yang erat hubungannya dengan proses belajar mengajar disekolah. Jelasnya seperti yang dikemukakan oleh Surnadi Suryabrata bahawa :
“Faktor sosial seperti massa media kebudayaan, politik, sikap masyarakat dan sebagainya itu umumnya bersifat gangguan proses belajar, biasanya faktor tersebut dapat ditujukan kepada hal yang dipelajari atau aktivitas itu semata-mata dengan berbagai cara, faktor tersebut harus diatur supaya dapat berlangsung dengan sebaiknya.[2][2]

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana peranan guru Pendidikan  Agama Islam  dalam meningkatkan Pendidikan Agama pada sekolah SMA Swasta CND Langsa.

C.     Penjelasan Istilah
Untuk menghindari salah pengertian terhadap istilah yang terdapat dalam judul proposal ini, ada beberapa penjelasan tentang istilah sebagai berikut:

1.      Peranan
Peranan adalah suatu pola  tingkah laku yang merupakan ciri-ciri khas semua petugas dari suatu pekerjaan atau tugas tertentu. Adapun peranan yang penulis maksudkan adalah suatu usaha atau tindakan yang dilakukan guru dalam memberikan pertolongan atau pendidikan kepada anak didiknya agar mengalami suatu perubahan.[3][3]


2.      Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam sebutan sehari-hari istilah guru Pendidikan Agama Islam disingkat menjadi Guru Agama. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia dimaksud dengan guru adalah orang yang  pekerjaannya mengajar jadi kata Guru Agama adalah guru yang mengajar pelajaran Agama.[4][4]
Dari dua pengertian diatas, maka yang penulis maksudkan dengan guru Pendidikan Agama Islam disini adalah guru yang melaksanakan tugas profesi pendidikan dan pengajaran Agama Islam, membina kepribadian dan akhlak anak supaya mereka memahammi, menyakini, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam.

D.    Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi penelitian disini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui peranan yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam di SMA Swasta CND Langsa.
2.      Untuk mengetahui faktor pendukung guru Pendidikan Agama Islam dalam upaya peningkatan mutu Pendidikan Agama Islam pada SMA Swasta CND Langsa.
3.      Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa sajakah yang dihadapi oleh Guru Pendidikan Agama Islam SMA Swasta CND Langsa dalam meningkatkan kualitas Pendidikan Agama Islam.



BAB II
PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A.     Tugas Umum Guru Pendidikan Agama Islam
Pada hakikatnya tugas guru Agama Islam dengan guru Mata Pelajaran lainnya tidak terdapat perbedaan, hanya perbedaannya terletak pada bidang yang diajarkannya. Guru Agama Islam yang mengajarkan agama disamping mampu mengajarkan mata pelajaran umum yang berarti tugas guru agama lebih berat dan diperlukan syarat-syarat lebih berat pula.
Guru agama lebih banyhak fungsinya daripada guru bidang studi umum. Guru agama selaun mengetahui dan menguasai materi agama dan system atau pun metode yang mantap juga ia sendiri haruslah orang yang benar-benar muttaqin dan berakhlaqul qarimah dan menjadi uswatul hasanah. Mengenai tugas umum seseorang guru agama di sekolah dapat dikemukakan antara lain:

1.       Guru Agama sebagai Pendidik
Sebagai pendidik guru agama tidak hanya mengajar agama saja, kalau seorang guru agama pengajar agama hanya sebagai pengajar berarti ia hanya berusaha supaya murid-murid memiliki pengetahuan agama. Sedangkan pendidik agama berusaha untuk membentuk siswa kepribadian anak didiknya menjadi manusia muslim yang bertakwa kepada Allah dan berakhlak mulia.


2.      Guru Agama sebagai Pengajar
Adapun fungsi guru sebagai pengajar, tugasnya agak berbeda bila dibandingkan dengan tugas guru sebagai pendidik. Guru sebagai pengajar adalah berusaha hanya memberikan pengetahuan sebanyak-banyaknya kepada murid sehingga ia pandai dengan bermacam-macam ilmu pengetahuan dan lebih di titik beratkan pada inteleknya bukan pada perubahan tingkah laku.
Seorang guru agama hendaknya menjadi pengajar yang baik, pengajar yang baik adalah yang telah mempersiapkan pengajarannya sebelum ia melaksanakan tugasnya. Guru agama juga harus bersikap yang baik di depan kelas, cara menyampaikan pelajaran juga harus dapat dipahami murid-muridnya.
Dalam memilih dan mempergunakan metode mengajar harus sesuai dengan tujuan bahan dan situasi yang sedang dihadapi dan harus dapat pula mengorganisasikan bahan yang ada dalam kurikulum menjadi unit-unit atau satuan bahan yang merupakan satuan bahasa, setelah itu guru agama dapat menguasai bahan tersebut dan dapat menyampaikan dengan disertai contoh-contoh yang praktis, wajar dan dapat mempergunakan teknis evaluasi yang tepat sesuai dengan tujuan pengajaran yang akan dicapai dan materi pelajaran yang diberikan.
Tugas pengajaran disini hanya mengisi otak supaya cerdas dan materi-materi yang diajarkan. Sehubungan dengan hal ini Drs. K. Sukarji menyatakan bahwa syarat-syarat yang harus ada pada seorang  guru agama adalah sebagai berikut:
a)      Harus memiliki sifat-sifat mukmin dan muslim
b)      Berkepribadian dewasa dan budi pekerti yang luhur sehingga dapat member suri tauladan kepada anak didiknya
c)      Harus cinta kepada tugasnya sebagai guru agama
d)      Mempunyai kasih sayang kepada anak didiknya seperti halnya anak sendiri atau keluarga sendiri
e)      Menguasai bahan/materi pengetahuan agama sekalipun tidak mendalam
f)        Memiliki ilmu keguruan dan mampu menerapkan metodologi pendidikan agama.[5][5]

B.     Jumlah Tugas Pokok / Beban Mengajar
Mengenai tugas pokok atau beban mengajar seorang guru agama biasanya dibicarakan dalam rapat guru menjelang permulaan pelaksanaan program baru (pada tahun ajaran atau menjelang CaturWulan baru).
Guru agama Sekolah Menengah Atas (SMA)  melaksanakan guru system guru bidang studi sehingga pembagian tugas mengajar itu berarti penempatan guru kelas tertentu dengan jumlah yang sesuai. Jadi, yang pokok adalah jatah tugas tersebut terpenuhi dan tidak terbatas pada satu kelas dan ia mengajar sesuai dengan pendidikan formal yang telah ditempuhnya. Tugas seorang guru agama adalah ia harus diberi tugas mengajar agam, lain halnya apabila suatu sekolah dalam kekurangan guru maka pengaturan penguasaan ini kadang-kadang menyimpang seperti seorang guru agama merangkap mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Bertitik pangkal pada pembagian tugas guru karena guru merupakan salah satu komponen pendidikan yang memegang peranan penting  dalam proses belajar-mengajar pada lembaga pendidikan tertentu. Tercapainya suatu tujuan pendidikan sebagaimana diharapkan selain ditunjang oleh fasilitas yang memadai juga sangat ditentukan persiapan para tenaga yang mengajar.
Karena keberhasilan suatu pendidikan sangat tergantung pada kesiapan para guru maka kehadiran seorang guru sangat ditentukan untuk memiliki kemampuan dengan kedisiplinan ilmu pengetahuan yang ditempuh dan kesiapan mental dalam menghadapi anak didiknya. Selain itu seorang guru juga diterapkan memiliki semangat mengajar yang tinggi, kreatif, manusiawi dan berwibawa. Dalam hal ini Prof. A. Darwis Soelaiman menyebutkan:
“Sekolah memerlukan guru yang memiliki kompetensi mengajar dan mendidik, yang innovator, kreatif, manusiawi yang cukup waktu untuk menekuni tugasnya, yang dapat menjaya wibawa di mata murid dan masyarakat dan sudah mampu meningkatkan mutu pendidikan nasional pancasila[6][6].”

Dari kutipan diatas dapat dipahami bahwa setiap lembaga pendidikan sangat membutuhkan guru-guru yang memiliki kemampuan belajar, sikap mental, kreatif, disiplin dan berwibawa. Untuk mencapai kesempurnaan pemerintah dewasa ini telah berupaya untuk mengarahkan pendidikan agama yang berkualitas yaitu mempersiapkan tenaga pengajar yang andal sesuai dengan disiplin pengetahuan yang dimiliki.

C.     Jati Diri Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam rangka  meningkatkan mutu pendidikan yang diarahkan kepada pembentukan manusia yang berkualitas dan beriman kepada Allah SWT, sosok manusia yang kita harapkan adalah manusia yang mampu mandiri atau bertanggungjawab sendiri, karena itu diharapkan kepada seorang guru untuk mengembangkan tingkat berfikir siswa secara kreatif.
Anak-anak mempunyai logika yang berbeda dengan orang dewasa, mereka memandang setiap pengetahuan yang diberikan oleh guru kepada mereka diterimanya sebagai tumpukan informasi yang tidak berarti bagi mereka, selama tidak ada hubungan dengan tujuan mereka dan persoalan yang memenuhi pikiran mereka, selama itu pula informasi tersebut tidak berarti bagi mereka artinya tidak tersusun secara psikologis.
Pada hakikatnya guru yang tingkat berfikirnya tinggi, punya kemampuan untuk berdiri didalam kelas dan mudah menghadapi maslah-masalah belajar-mengajar seperti manajemen kelas, disiplin, menghadapi sikap acuh tak acuh dari siswa dan mampu menentukan alternative pemecahan masalah. Ia dapat merancang berbagai bentuk belajar dan dapat memimpin siswa dari berfikir nyata ke berfikir  yang konseptual.
Tipe guru semacam ini memiliki tingkat tanggung jawab dan komitmen yang tinggi. Ia benar-benar professional melalui peningkatan kemampuan yang terus menerus. Orang yang professional selalu mengembangkan dirinya terus menerus baik siswa maupun  maupun teman sejawat bersama-sama diajak untuk menunaikan tugas dan kewajibannya menentukan berbagai alternative membuat program yang rasional dan mengembangkan serta melaksanakan rencana kegiatan yang tepat ia tidak hanya mampu mencetuskan ide-ide aktivitas maupun sarana penunjang tetapi juga terlihat secara aktif dalam melaksanakan suatu rencana sampai selesai.
Menurut Drs. Piet A. Sahertian menyebutkan bahwa ciri orang yang memiliki tingkat komite tinggi yaitu:
a.       Tingkat keperdulian untuk siswa dan rekan sejawat tinggi
b.      Selalu menyediakan waktu, tenaga yang cukup untuk membantu siswa.
c.       Sangat baik terhadap orang lain.[7][7]

D.    Kecakapan dan Keterampilan Guru Agama Islam
Sebagai bekal yang akan menunjang mutu profesionalnya, maka seorang guru perlu memiliki kecakapan dan keterampilan dalam mengajar khususnya dan kemampuan dalam mendidik pada umumnya yang pada hakikatnya adalah memiliki kesanggupan dalam memimpin kelasnya. Kecakapan dan keterampilan dalam mengajar dan metodik khusus tentang mata pelajaran  yang diajarkannya. Ia pun perlu memiliki kemampuan dalam diri menguasai teknik-teknik kepemimpinan terutama dalam memanajemen kelas.
Seorang guru dalam mencapaikan pengetahuan dan pandangan terhadap siswa untuk ini guru melaksanakan pengajaran harus mengerti bahan yang akan diajarkan, berarti dalam kegiatan mengajar harus terjadi suatu interaksi belajar mengajar, jika seorang pengajar terjadi suatu interaksi belajar mengajar, jika seorang pengajar tidak mengerti tentang proses belajar sudah tentu ia pun tidak sanggup mengusahakan terjadi proses tersebut. Berbicara tentang proses buka hanya membicarakan cara mengajar seorang guru di depan kelas, tetapi mengajar mempunyai gaya mengajar yang merupakan suatu kehobian seseorang. Namun perbedaan ini tidak terlalu besar karena hal ini sangat menentukan proses pengajarn oleh seorang guru.
Mengajar dengan sukses yaitu seorang guru sangat ditentukan oleh tiga factor yaitu:
a.       Gaya pribadi si pelajar dan bentuk pengajaran yang digunakan
b.      Mata pelajaran yang diajarkan
c.       Keterampilan mengajar yang digunakan

E.     Fasilitas Pendidikan Agama Islam
Selain guru agama fasilitas Pendidikan Agama juga perlu mendapat perhatian, karena hal ini akan menunjang kelancaran dan keberhasilan Pendidikan Agama baik di sekolah umum maupun di sekolah agama.
Adapun yang sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar adalah buku, alat peraga, musalla dan lain-lain yang dapat menunjang dalam pelaksanaan pendidikannya di sekolah-sekolah.
Saran pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan dalam usahanya untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah dirumuskan. Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa pendidikan adalah suatu kegiatan komunikasi dimana terdapat pertukaran atau penyampaian pesan komunikasi kepada anak didik, pesan ini digunakan untuk mengembangkan anak didik, saran pendidikan di pandang perlu karena dapat membantu kea rah keberhasilannya kegiatan komunikasi pendidikan tersebut. Sebagai contoh alat tulis menulis dapat dipergunakan untuk mempermudah proses komunikasi yang berlangsung dalam kegiatan pendidikan.[8][8]
Alat peraga pendidikan agama adalah musalla sangat penting artinya dalam proses belajar-mengajar, karena saran dan fasilitas ini sebagai alat penunjang dan menyukseskan pelaksanaan, pendidikan agama. Adapun suatu hal yang menjadi keinginan kita bersama apabila setiap sekolah mempunyai musalla yang lengkap dengan peralatannya.
Hal penting ini karena dengan saran itu para murid dapat langsung mempraktekkan ajaran agama seperti shalat yang telah diajarkan oleh guru juga dipergunakan kaset dalam rangka menunjang tercapainya tujuan pendidikan agama pada sekolah.

F.      Kesejahteraan Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam pengembangan dunia pendidikan di Indonesia pada akhir-akhir ini masalah tenaga kependidikan merupakan salah satu permasalahan pokok, dimana keberhasilan dalam meningkatkan mutu pendidikan disekolah-sekolah sangat tergantung kepada guru yang baik dan sejahtera, yang dapat mengabdikan dirinya untuk keberhasilan anak didiknya.
Guru baru dapat melakukan kewajiban dengan baik apabila diberikan kesempatan menyelesaikan kehidupannya dengan baik dan sejahtera dengan dilengkapi fasilitas-fasilitas tersebut. Adakalanya materi seperti rumah tempat tinggal, kendaraan berupa alat transportasi, keuangan dan lain-lain.
Keadaan yang diharapkan dalam kehidupan sehari-hari dirumah tangga dan masyarakat, pada hakikatnya dapat mempengaruhi proses pelaksanaan mengajar di sekolah dan hal ini sedikit banyaknya akan mempengaruhi mutu dan tingkat keberhasilan murid-muridnya dalam mengikuti pelajaran.



BAB III
METODE PENELITIAN

1.      Pendekatan dan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif karena data hasil penelitian berbentuk uraian. Dalam hal pendidikan agama Islam dalam meningkatkan pendidikan agama islam pada anak dengan cara wawancara dengan guru agama, pendidikan awal untuk mengenal agama dan mengatasi anak yaitu dalam rumah tangga yang sangat berperan adalah orang tua, ibu bapak serta mencetak akhlak yang baik.

2.      Sumber Data
Sumber dalam penelitian adalah guru Pendidikan Agama Islam SMA Swasta CND Langsa. Pendidikan agama Islam maupun terhadap pelajaran lainnya juga tidak terlepas pengontrolannya dalam mengawasi melalui guru dan orang tua dan keluarga yang dapat membantu siswa. Disamping itu pula, tidak terlepas dari berbagai bantuan dan unsur-unsur pendidikan itu sendiri seperti mengadakan bimbingan di sekolah. Untus pendidikan disini adalah guru sebagai fasilitator disekolah tentang proses belajar mengajar dan mengatasi siswa.

3.      Teknik Pencarian Data
Dalam penelitian data yang dikumpulkan dengan observasi sekolah dan  dengan guru Pendidikan Agama Islam. Dan menulis menggunakan Library Research yaitu meneliti buku-buku ilmiah untuk menghimpun pendapat para ahli yang akan dijadikan sebagai pola ukur dalam menggerakkan atau menjalankan peran pendidikan agama Islam dalam pembinaan mental siswa, serta bahan yang lainnya yang berkaitan dengan pembahasan ini adalah penelitian lapangan mengamati objek-objek penelitian wawancara.

4.      Teknik Analisis Data
Setelah semua data dikumpulkan, diolah dianalisis serta dikumpulkan maka langkah selanjutnya adalah mengadakan wawancara dengan guru bertujuan untuk memperoleh informasi.



DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Bimbingan dan Penyuluhan, Jakarta: Gaya Tunggal, 1980
Departemen dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: 1995
Sukarji, K,.  Ilmu  Pendidikan dan Pengajaran Agama, Jakarta, Indra Jaya
Soelaiman, A. Darwis,.  Analisa Pendidikan, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1980
Saertian, A,  Piet,. Supervisi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta
Soetopo, Hendayat,. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta: Bina aksara, 1986



[1][1] Agus Budi, Buku Fokus, (Solo: Shindunata, 2007), hal.
[2][2] Ibid, hal.  74
[3][3] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta: Gaya Tunggal, 1980), hal. 23
[4][4] Departemen dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: 1995), hal. 330
[5][5] K. Sukarji, Ilmu  Pendidikan dan Pengajaran Agama, (Jakarta, Indra Jaya), hal. 34
[6][6] A. Darwis Soelaiman, Analisa Pendidikan, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1980), hal. 27
[7][7] Piet. A Saertian, Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta), hal. 44
[8][8] Hendayat Soetopo, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Bina aksara, 1986), hal. 194



JIKA SOBAT KESULITAN DALAM MENDAPATKAN FILE INI , SOBAT BS KLIK DI BAWAH INI






adf.ly

http://adf.ly/?id=1499578