wCSUfbj0jCfxbkpQufYnAiiwrifpe8kDKSjPJHFZ

Subscribe:

Ads 468x60px

Rabu, 21 Maret 2012

KONSEP PBM




MAKALAH
Disusun Oleh :
iBROHIM


A.      Konsep Belajar Menurut Cendekiawan Muslim
Banyak tokoh-tokoh Islam yang memiliki kepedulian dan menyumbangkan pemikirannya tentang aktivitas belajar, diantara tokoh-tokoh tersebut adalah al-Ghazali dan al-Zarnuji. Pemikiran-pemikiran kedua tokoh ini mewarnai dunia pendidikan di Indonesia terutama pendidikan Islam.
1.    Menurut al-Ghazali
Konsep belajar dalam mencari ilmu bisa dilakukan dengan dua pendekatan yaitu ta’lim insani dan ta’lim rabbani. Ta’lim insani adalah belajar dengan bimbingan manusia. Konsep ini biasa dilakukan oleh umat manusia pada umumnya, dan biasanya dilakukan dengan menggunkan alat-alat indrawi.
Proses ta’lim insani dibagi menjadi dua. Pertama, di dalam proses belajar mengajar hakikatnya terjadi aktivitas mengekplorasi pengetahuan sehingga menghasilkan perubahan-perubahan perilaku. Seorang pendidik berupaya mengeksplor ilmu yang dimilikinya untuk diberikan kepada peserta didik, sedangkan peserta didik menggali ilmu dari pendidik agar ia mendapatkan ilmu. Al-Ghazali menganalogikan menuntut ilmu dengan menggunakan proses belajar mengajar.
Dalam proses ini, peserta didik akan mengalami proses mengetahui, yaitu proses abtraksi. Suatu objek dalam wujudnya tidak terlepas dari aksiden-aksiden dan atribut-atribut tambahan yang menyelubungi hakikatnya. Kala subjek berhubungan dengan objek yang ingin diketahui, hubungan suatu terkait dengan ukuran, cara, situasi, dan tempat.
Kemudian al-Ghazali membagi tahapan abstraksi pada dua tahap, yaitu :
·      Indra menangkap suatu objek, dan harus dalam jarak tertentu dari objek dan situasi tertentu.
·      Terjadi khayyal ketika menangkap objek tanpa melihat, tapi tangkapan-tangkapan masih meliputi aksiden-aksiden dan atribut-atribut tambahan seperti kualitas dan kuantitas.


Agar proses belajar mengajar bisa efektif dan juga mendapatkan hasil yang optimal ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh peserta didik, yaitu :
·      Mendahulukan kebersihan jiwa dari akhlak yang kotor. Karena hati sebagai sentral dalam jasad manusia dan sangat berpengaruh terhadap segala aktivitas pekembangannya.
·      Mengurangi kesenangan duniawi agar hati terpusat pada ilmu pelajaran.
·      Sederhana dalam hal makanan, karena bila terlalu kenyang akan dapat mengakibatkan keras hati, mengganggu ketangkasan dan kecerdikan serta malas, dan lain sebagainya.
·      Belajar ilmu sampai tuntas.
·      Bersikap rendah diri jangan meremehkan orang lain termasuk kepada gurunya.
·      Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, yaitu ilmu yang bermanfaat, membahagiakan, mensejahterakan dan dapat memberi keselamatan dunia dan akhirat
Kedua yang terkait dengan ta’lim insani adalah tafakur. Tafakur diartikan sebagai proses belajar dengan mengamati kejadian alam beserta peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini. Tafakur ini juga bisa dilakukan dengan mengosongkan jiwa dan hati yang suci.
Yang selanjutnya konsep belajar dengan pendekatan ta’lim robbani. Pada tahapan ini seorang manusia belajar dengan bimbingan tuhan
2.    Menurut al-Zarnuji
konsep belajar mengajar adalah meletakan hubungan pendidik dan peserta didik pada tempat sesuai porposinya, seorang siswa adalah seorang yang harus selalu tekun dalam belajar, senantiasa menghormati ilmu pengetahuan dan menghormati pendidik, karena kalau siswa sudah menghormati guru dan menghormati ilmunya.



B.       Konsep belajar Behaviorisme
Studi secara sistematis tentang belajar relatif baru. Sampai abad ke 19, belajar masih dianggap masalah dalam dunia keilmuan. Dengan cara menggunakan teknologi yang digunakan ilmu fisika, para peneliti mencoba menghubungkan pengalaman untuk memahami bagaimana manusia belajar. Beberapa peneliti yang melakukan studi tentang belajar, antara lain :
1.    Ivan Paviov
Konsep belajar yang ditawarkan oleh Ivan Pavlov adalah proses perubahan tingkah laku pada manusia atau hewan yang disebabkan adanya stimulus atau rangsangan diberikan secara kontinyu serta terus menerus.
2.    Woolfolk
Konsep belajar yang lebih efektif dan tepat agar para siswa bisa menyerap semua materi pelajaran yang telah diajarkan maka seorang pendidik harus melakukan hal-hal sebagai berikut :
·         Memberikan suasana yang menyenangkan ketika memberikan tugas-tugas belajar.
·         Menekankan pada kerja sama dan kompetisi antarkelompok daripada individu. Banyak siswa yang akan memiliki respon emosional secara negatif terhadap kompetisi individu, yang memungkinkan akan segera digeneralisasikan dengan pelajaran-pelajaran yang lain.
·         Membuat kegiatan membaca yang cukup menyenangkan dengan cara menyediakan ruang baca yang menarik, nyaman dan menyenangkan, tidak bising dan lain sebagainya.
·         Membantu siswa di dalam mengatasi secara bebas dan sukses situasi-situasi yang menegangkan dan mencemaskan.
·         Mendorong siswa yang pemalu untuk bisa mengajarkan siswa lain cara memahami materi pelajaran.


·         Membuat tahapan jangka pendek untuk menuju pencapaian bertujuan jangka panjang, seperti : ulangan harian, mingguan, dan mid semester agar siswa memiliki perbendaharaan soal untuk persiapan menghadapi ujian atau ulangan semester.
·         Membantu siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan terhadap situasi-situasi agar mereka dapat membedakan dan mengeneralisasikan secara tepat. Seperti menyakinkan siswa yang cemas saat menghadapi ujian nasional dan lain-lain.
3.    Edward Lee Throndike
Edward mengatakan bahwa perilaku belajar pada manusia ditentukan oleh stimulus yang ada di lingkungan hingga dapat menimbulkan respon secara reflek. Stimulus yang terjadi setelah perilaku terjadi akan mempengaruhi perilaku-perilaku selanjutnya.
Beberapa konsep belajar tersebut di atas memberikan kontribusi yang sangat besar bagi dunia pendidikan. Terlepas dari kelebihan konsep behavioristik ini memiliki kelemahan-kelamahan antara lain :
·       Proses belajar dipandang sebagai kegiatan yang diamati langsung, padahal belajar adalah kegiatan yang ada di dalam sistem saraf manusia yang tidak terlihat kecuali melalui gejala.
·       Proses belajar dipandang bersifat otomatis-mekanik hingga agak terkesan seperti mesin atau robot, padahal manusia mempunyai sel control dan self regulatif yang bersifat kognitif yang terkadang tidak respon dikarenakan kegiatan itu tidak sesuai dengan keinginannya.
·       Proses belajar dianalogikan manusia seperti kegiatan belajar hewan sangat sulit diterima, mengingat terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara manuisa dengan hewan.


C.      Konsep Belajar Kognitivisme
Kegiatan belajar tidak hanya sekedar stimulus dan respon tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan sikap mental yang aktif untuk hal mencapai, mengingat dan menggunakan pengetahuan. Sehingga perilaku yang tampak pada manusia tidak hanya diukur dan diamati tanpa melibatkan proses mental seperti motivasi, kesengajaan dan keyakinan.
Pada tataran belajar kognitivisme mencakup beberapa konsep antara lain :
1.    Teori Gestalt
Gestalt memandang belajar sebagai salah satu proses yang didasarkan pada pemahaman, karena pada dasarnya setiap tingkah laku seseorang selalu didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal dan memikirkan situasi di mana tingkah laku itu tersebut terjadi. Pada situasi belajar, keterlibatan seseorang secara langsung akan dapat menghasilkan pemahaman yang bisa membantu individu memecahkan masalah.
Proses belajar yang menggunakan insigh mempunyai ciri-ciri berikut :
·         Tergantung pada kemampuan dasar individu.
·         Tergantung pada pengalaman masa lalu yang relevan.
·         Tergantung pada penagturan situasi belajar.
·         Didahului dengan periode mencari dan mencoba-coba.
·         Solusi problem dengan insigh dapat diulangi dengan mudah.
·         Jika insight sudah terbentuk, maka problem akan mudah diatasi.
2.    Model mengelola informasi
Di dalam aliran kognitif, ada berberapa teori memori yang pada umumnya menjelaskan tentang bagaimana mengelola informasi, antara lain :
·         Pentingnya pengetahuan dalam belajar.
·         Macam-macam pengetahuan.
·         Memproses informasi
3.    Model tingkatan-tingkatan mengelola informasi.
4.    Alternatif lain untuk tiga model

D.      Konsep pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual merupakan satu sistem pembelajaran yang holistik (menyeluruh). Pembelajaran ini terdiri atas komponen-komponen yang saling terkait, yang apabila dilaksanakan masing-masing akan memberikan dampak sesuai dengan peranannya.


DAFTAR PUSTAKA


Drs. H.J. Gino, dkk.1997. Belajar Dan Pembelajaran II. Surakarta : UNS Press
Moh. Surya. 1997. Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung : PPB-IKIP.
Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo.
Najati, Muhammad Utsman, Pendidikan Dalam Pandangan Filosofis Muslim, Bandung : Pustaka Hidayah, 2002
Sarlito W. Sarwono, 2002, Berkenalan dengan ALiran-Aliran dan Tokoh-Tokoh Psikologi Pendidikan, (PT. Bulan Bintang : Jakarta)





JIKA SOBAT KESULITAN UNTUK MENDAPATKAN FILENYA, SOBAT BISA MENDAPATKANNYA DI SINI............




0 komentar:

Posting Komentar

MEZA
Bagi sobat yang berkunjung di blogger ini tolong tinggalkan komennya y.......
supaya bisa membagun atau menambah supaya blogger ini lebih baik dari sebelumnya.
MAKASIH

adf.ly

http://adf.ly/?id=1499578